Jumat, 08 April 2011

Melati Tak Mau mati


Aku terus berfikir dan berfikir untuk apa aku hidup? Penyakit ini hanya akan merepotkan semua orang disekitarku. Mungkinkah ini takdirku? Tuhan, jika memang sudah tidak ada lagi gunanya hidup ku ini lebih baik kau ambil saja nyawaku ini. Bagaimana bisa penyakit yang biasa di derita oleh orang – orang kaya bisa berada di tubuhku ini.
“Melati, kamu belum tidur Nak?” segera aku menghapus air mataku ketika ku dengar suara emak menghampiriku.
“Belum,emak sendiri,kenapa belum tidur?”
“Emak sudah tidur,tetapi mendadak terbangun mendengar hujan, Emak takut kamu susah tidur,karena kamar kamu yang bocor ini”.
“Harusnya yang bilang seperti itu Melati Mak?”
“Nggak pa – apa kok Mel. Bagaimana kata Dokter, kamu sakit apa Mel?”.
“Cuma demam biasa kok Mak, paling juga dua hari lagi sudah sembuh, ya sudah, sekarang emak cepat tidur, supaya nanti tidak kesiangan, besok subuh kan emak harus ke pasar”.
“iya, kamu juga harus cepat – cepat tidur”.
Kalau aku tidur sekarang, apakah nanti aku akan terbangun lagi, toh lambat laun aku juga akan menyusul bapak. Aku harus bisa membahagiakan emak di sisa umurku.
***
Pagi ini di gerbang sekolah, Tio lebih menanti kedatangan ku,
“Mel, aku serius sayang sama kamu, bagaimana jawabannya?”.
“ Maaf Tio, Maaf”. Sekali lagi aku mohon maaf padamu Yo, karena aku takut kau akan menyesal, karena akhirnya kau akan kehilangan ku, dan aku tau itu sangat menyakitkan untukmu.
“Ok kalau itu memang keputusan yang terbaik untukmu” walaupun saat Tio meninggalkanku dengan senyum terpaksa , namun aku tau mungkin hatimu sakit. Bukan maksudku memberikanmu harapan lalu lantas meninggalkanmu saat kau yakin aku akan jadi milikmu. Sekali lagi maaf ya.
“Hai Mel, ngapain sich kayaknya akhir – akhir ini kamu sering ngelamun?”.
“Oh nggak,aku baru ingat,kalau kita ada PR Kimia kan?aku boleh liat kamu nggak?”.
“oh iya boleh kok Mel. Yuk kita ke kelas bareng?”.
Ukh…. Akhirnya aku bisa juga cari alasan yang tepat untuk menghindari pertanyyan dari Tami, Thanks God.
“Eh nanti sore kita ke rumahku ya? Bareng anak – anak yang lain juga, Tio juga ikut lo?”
“Ehm … nggak dech, hari ini aku mau ke rumah sakit”.
“Ah , emang siapa yang sakit?”.
“Emmmm, temen…., Tetangga”.
“Temen atau tetangga sich, jadi bingung”.
“Temen yang deket rumahku, kemarin masuk rumah sakit , Tam”.
Duh.. ngomong apa sich aku ini?ngapain juga aku harus bohong sama Tami. Aku kan masih bisa cerita yang lain. Emangnya aku bohong? Nggak juga kali, ntar sore kan.memang aku mau ke rumah sakit?
Kenapa aku harus takut ketika sudah berkaitan dengan mati?  Duh… apa lagi sich yang aku fikirkan? Please Mel Positive Thinking ! kalaupun kamu harus tetep hidup pun kamu hanya akan menyusahkan emak saja. Dari mana coba uang untuk operasi? Mel mati itu lebih baik untukmu. Sabar! Sabar! Lebih baik sekarang Tanya aja langsung ke dokter, alternative lain selain operasi?.
“Tubuhmu semakin lemah, langkah terbaik untukmu adalah melalui operasi. Tapi kalau kamu tidak mau, saya kembalikan langsung masalah ini ke Mbak Melati. Sebaiknya bulan depan kamu kembali lagi untuk melakukan pemeriksaan”.
“Bulan depan Dok?Tanggal berapa ya?”
“Sebaiknya awal bulan depan”.
Tuhkan Mel daripada kamu bakal nyusahin Emak. Mel ingat semua makhluk hidup Finally akan mati juga. Yang bedain Cuma waktu. Apa sich Mel yang kamu takutin, kok aku jadi kayak gini sich?kayak orang gila mikir yang aneh – aneh. Sampe – sampe jalan keluar ada arah yang jelas.
Lima detik yang lalu, waktuku terbuang sia – sia dengan khayalan yang nggak karuan. Tapi sekarang aku nggak tau harus mikirin apa lagi?, aku nggak tau mau nangisin apa? Aku sudah benar – benar pasrah dan melarutkan semua masalahku bersama rintik hujan, hingga suara klakson berisik membuyarkan lamunanku.
***
Suara berisik seakan mengerumuni sekelilingku, seakan mereka sedang membicarakan hal penting tentang aku. Dapat ku lihat seorang Dokter telah berjalan menjauhiku.
“kau sudah sadar?” orang asing itu dengan wajah pucat pasih menatapku, seakan memberi isyarat banyak yang akan ia ceritakan padaku, namun kelihatannya ia tidak sanggup untuk mengatakannya padaku.
“Maaf , aku benar – benar tidak sengaja untuk kejadian yang kemarin. Nampaknya aku sudah tidak hati – hati mengendarai mobil. Aku akan beranggung jawab atas semuanya, kebetulan Dokter bilang bahwa akan ada orang yang akan mendonorkan jantungnya untukmu”. Mendengar apa yang dibicarakan orang asing itu, aku semakin sadar bahwa aku tengah dirawat di rumah sakit karena kecelakaan, yah sepertinya telah ada kecelakaan yang menimpa ku kemarin.
“Oh ya, aku lupa mempeerkenalkan namaku, aku Rico, nama kamu Melati kan?” entah mengapa untuk menjawab iya saja sangat sulit. Cara terbaik yang ku lakukan adalah memberikan senyuman untuknya. Dan seharusnya ia tak perlu melakukan ini padaku. Penyakit jantung yang  ku derita ini, bukanlah kesalahannya. Ini sungguh aneh, sepertinya kejadian aneh akan terus mengikutiku seperti yang tampak demataku, seorang pria nampak ku kenal mendekatiku ketika ku kembali ke kamarku, usai operasi. Yach, dia Tio seorang cowok yang sangat ku kenal. Entah dia tau kabar ini dari siapa dan untuk apa ia kemari?, yang pasti aku telah mengakhiri penantian kematian yang terasa mendekat padaku.
“Mel, emakmu sangat kaget mendengar kabar yang menimpamu dan pada saat itu juga ketika emak mendengar kabar itu, emak meninggalkan kita semua, tadi malam tepatnya, emak sekarang sudah tidak ada”.
Telah tiada dan emak telah pergi. Mengapa yang harus pergi terlebih dahulu adalah Emak?
Mengapa bukan aku saja?.






Indah Wanita

 Pagi ini mentari bersinar cerah seakan tersenyum menyambut hariku dengan indah. Tak ada yang berbeda,hari ini aku menjalani aktivitas seperti biasanya. Setelah mandi, aku langsung sholat subuh dan sarapan pagi bersama ayah dan ibuku. Waktu telah menunjukkan pukul 06:35 sedah saatnya aku berangkat sekolah, hari ini aku diantar langsung oleh ayahku sebelum ia berangkat ke kantornya.
“Wanita” terdengar suara Rena memanggil namaku. Mungkin bagi sebagian orang mengharapkan kehidupan yang sempurna, namun bagiku tak perlu lagi berharap, hidupku sudah cukup sempurna. Aku punya orang tua yang sayang padaku, teman – teman yang baik padaku, prestasi yang cukupmengagumkan disekolah, Then, orang – orang bilang aku ini cantik….
- Tubuhku tinggi
- Kulitku putih
- Mataku indah
- Hidungku bangir
- Bibirku manis,apalagi kalau aku tersenyum
Yang  paling penting, nich… kata orang- orang aku itu orangnya baik,saking baiknya, aku selalu berbagi jawaban setiap kali ada PR bahkan ulangan sekalipun.
“Wanita kamu sudah belum PR Matematika ? pasti sudah kan? Aku boleh nggak pinjam bukumu? Sebentar saja , soalnya aku belum sama sekali. Semalam waltu aku mau ngerjain aku diajak ibuku…….” Yach celoteh Rena kayaknya nggak akan ada habisnya.
“iya ini !” seraya menyerahkan buku PR ku. Entah apa yang dipikirkan, Rena menatapku dengan tatapan kosong.
“makasih ya”
“sama – sama “
***
Seperti biasanya lagi – lagi aku diberi kepercayaan Bu Anti untuk mengerjakan soal – soal Fisika didepan kelas. Dengan sabarnya Bu Anti membimbingku untuk menyelesaikan soal – soal tersebut.
Bruuuk…kk
Serentak seluruh siswa memalingkan pandangannya ke luar kelas. Oh No !! suara itu berasal dari Haikal yang terjatuh karena memperhatikanku dari jendela kelas. Aku hanya dapat tersipu malu menyaksikan dan mendengar sorak – sorai teman – teman di kelas. Dengan segerapun Haikal mengambil langkah seribu meninggalkan kami.
“Siapa dia Wanita?” Tanya bu Anti
“Haikal Bu”dengan tangkasnya Rena menyambar pertanyaan dari bu Anti.
Entah mengapa seakan konsentrasiku hanyut terbawa rintik hujan yang turun dari langit. Yach, gimana bu Anti dapat yakin mempertahankanku untuk menyelesaikan beberapa soal lagi di depan kelas,kalau aku saja tidak sadar kalau boardmaker ku telah terjatuh dari genggaman tangan ku ke lantai.
“Ya sudah, kamu lanjutkan lagi mencari jawaban itu dibangkumu”.
Entah apa namanya perasaan ini? Aku ingin menjaganya sendiri tanpa ada orang lain yang mengetahuinya. Sungguh aku tak ingin orang lain mengetahui apa yang aku rasakan.
***
“Rena, Yuriz…”
“Siapa ya? Bagaimana kamu tahu namaku?” Tanya Yuriz yang menatap aneh ketika ku memakai jilbab baruku ini.
“tunggu,ini Wanita kan! Ya ampun ini Wanita”
Aku mengikuti perintah mereka berputar – putar layaknya Barbie menari hingga tubuh ini terhuyung kebelakang. Oh my god, kayak di sinetron – sinetron korea aja dech ! Haikal yang nggak sengaja lewat di dekatku memegang bahuku agar tidak terjatuh.
“Makasih yach?”
“kamu nggak apa - apa kan? Oh ya, sama – sama “.
“cie… haikal sampai salting gitu ngeliat Wanita, ya nggak Riz?”
“ehm iya!”
“Wanita cantik banget ya Kal?” celoteh Rena.
“Banget, eh nggak! Kamu cantik pakai jilbab ini”.
“Makasih”
“oh ya, aku ke kelas duluan ya?”.
“iya’
“ehm… Ren kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nich”
“Ha…! Ih apaan sich Yuriz. Biasa aja kali yach”.
“cie, beneran nich kamu juga suka sama Haikal, to?”
Ya ampun kok bisa – bisanya sich mereka Tanya ke aku terus, kenapa juga aku hatus bingung menjawabnya.
“do..o.oorrrr, cie dia malah ngelamun. Emang bener ya yang Yuriz tanyain tadi?” aku pun hanya tersipu malu menjawabnya…
“kok jawabannya Cuma senyum aja. Ok kalau kamu nggak mau jawab tentang itu, tapi kamu cerita,kenapa kamu pakai jilbab kayak gini.:”
“teman – teman, aku laper nich “ sindir Yuriz mengajak makan ke kantin.
“ ya udah berhubung Yuriz laper sebaiknya kita ke kantin”.
“yach kok kamu nggak mau verita kenapa kamu pakai jilbab?”
“iya nanti di kantin”.
Suasana kantin dipagi hari emang kayak gini,hening. Terbukti suara hentakan kaki yang melewati kantin, sendok jatuh, begitu tedengar dengan jelas.
“ hey tunggu bentar lagi yah, nggak lama lagi makanannya dating. Oh iya katanya tadi ita mau cerita sama kita?”.
“ oh iya aku sampai lupa. Berita ini bisa dibilang kabar baik atau mungkin juga menyedihkan. Aku pakai jilbab ini karena nazarku, sebab aku di terima menjadi salah satu mahasiswa di Universitas  di Singapura, dan dua bulan lagi aku akan kesana”.
“o….. , ya amun kami pasti bakal merindukanmu dengan sangat Ta”>
“Thanks ya guys!”
***
2 bulan kemudian
Kenangan SMA
By : Indah Wanita
Senyum manis itu,
Canda tawa itu,
Suka duka itu,
Air mata itu,
Cerita – cerita itu,
          Saat – saat menjalani hukuman bersama,
          Saat – saat terbahak bersama,
          Dan ketika kenangan itu kan melekat
Selamanya disini,
Selamanya di SMA ini.

Sungguh ku tak percaya atas yang ku saksikan dengan mata kepalaku sendiri, Haikal orang yang paling peduli denganku, tidak memberikan tepuk tangannya untuk ku. Ku akui puisi yang kubawakan tadi sangatlah sederhana untuk perpisahan ini. Atau mungkin sejelek itukah penampilanku tadi hingga sulit baginya mempertahankanku di hatinya.
“Wanita , awas !” seru Rena padaku. Oh my God, apa yang terjadi? Dimanakah Wanita yang selalu sempurna, always luck !. pertama kali kurasakan perasaan malu, ketika disaksikan ratusan pasang mata bersama kebaya cantik putih ini aku terjatuh di tangga ketika turun dari panggung.
Ya ampun, semua orang didepanku tertawa menatapku. Tanpa berfikir panjang lagi, aku mengikuti langkah yang akhirnya membawaku ke taman belakang sekolah. Aku berusaha menyembunyikan tangisku, tapi apakah ku mampu ketika ku melihat Yuriz dan Haikal sedang berbicara sesuatu yang aneh dihadapanku sambil menyeru namaku diantaranya.
“Kal, aku tinggal duluan ya?”
Segera ku hapus air mata di pipiku, perlahan aku mendekati Haikal.
“kalau boleh tau, apa yang kalian bicarakan tadi?oh, kalau nggak mau cerita juga nggak apa – apa kok. Aku Cuma amu kasih tau,kalau nanti aku mau……”
“mau pergi jauh?”
“iya”
“Nggak sesuai”
“maksudnya?”
“penampilan aja sok alim,pakai jilbab, Yuriz sudah menceritakan semuanya kepadaku”.
“Wanita kamu nggak apa – apa kan?”tubuhku lemah tak berdaya, ku hanya dapat menangis, mungkin ini bisa menenangkanku seraya menyandarkan kepalaku di bahu Rena ketika ia duduk disampingku.
***
Pukul 13.25 ! sudah saatnya aku pergi kebandara. Hari ini sungguh berbeda dari hari – hari biasanya. Bukan hanya Haikal, tapi juga orang tua ku. Tidak seperti biasanya, dengan alasan pekerjaan, mereka tidak dapat mengantarkanku ke Bandara,sebenarnya yang paling aneh hari ini adalah Yuriz.
Hmmmm… panjang umur orangnya.
“Wanita aku mau bicara sesuatu padamu”.
“Sebenarnya aku yang bilang ke Haikal kalau kamu sering membohongi orang tuamu dan mencuri uang mereka untuk mentraktir kita, terus…..”
“orang tuamu mengetahui hal itu dan kamu dipaksa pindah ke Madiun, tinggal bersama nenekmu”.
Apa yang Yuriz katakana itu? Kenapa orang yang ku anggap baik ternyata dia musuh dalam selimut.
“kenapa? Kenapa kamu lakukan itu semua kepadaku?”
“karena kamu! Aku benci melihat Wanita yang selalu dipuji. Cerdaslah, lucky, aku bosan melihatnya”.
“5 menit terakhir, maaf aku harus pergi sekarang”.
“Wanita kamu tidak sakit hati?”.
“untuk apa? Agar kamu senang kita semua sama – sama sakit?”
“Wanita”.
“yang namanya bangkai tidak perlu dicari tau, toh akan tercium dengan sendirinya”.
Sejujurnya aku cukup sakit hati atas apa yang kau lakukan Yuriz. Aku tak tau mengapa, karena diam – diam aku mencintai Haikal atau mungkin karena?
“terlambat”
Aku telah terlambat 15 menit dari seharusnya. Aku melangkahkan kakiku keluar Bandara dan masuk ke kedai kopi untuk menenangkan diriku, hati dan perasaanku. Aku memesan the manis dan sepotong roti.
Yach sekarang aku bukan seorang Wanita yang sering orang bicarakan. Wanita is always luck! Tidak ada teman, tidak ada dambaan hati, bahkan orang tua yang selalu care padaku. Beasiswa itu hilanglah sudah. Seprtinya kesempurnaan telah berpaling dariku.
Mungkin aku telah jauh dari keberuntungan sama seperti yang disiarkan di televise tentang pesawat  tujuan Singapura keberangkatan pukul 14.20 yang hilang dan belum di ketemukan. Oh my God, subhanallah.
     



*Happly Ever After*